Pontianak – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan Fokus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan narasumber Kepala Kementerian Agama Wilayah Kalbar, Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I, Ketua FKUB Kalbar, Prof. Dr. Ibrahim, M.A.
Hadir juga Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Wilayah Kalimantan Barat (PGIW Kalbar), Pdt. Paulus Ajong, M.Th, Sekretaris Umum MUI Kalbar sekaligus Sekretaris Umum DMI Kalbar, H. Muhammad Sani, S.H., M.A.P, dan Pengurus FKPT Kalbar, H. Wasilun, S.Ag., M.Pd dengan melibatkan seluruh tokoh agama dan pengurus rumah ibadah di Balroom Mercure Hotel Jalan A Yani Pontianak, Sabtu (30/9/2023).
Ketua Panitia FGD FKUB Kalbar, Didi Darmadi, S.Pd.I, M.Pd mengatakan kegiatan ini dalam rangka menguatkan peran tokoh agama menjelang Pemilu tahun 2024 mendatang, ia mengatakan meskipun peran Tokoh Agama selama ini sudah berjalan di tengah-tengah masyarakat.
“Kita FKUB Kalbar terus mendorong dan menjaga terjalinnya kerukunan antar umat, guna menjaga kondisi serta menjaga dan mewujudkan Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 mendatang dengan aman damai bermartabat dan berkwalitas serta mengantisipasi pemanfaatan rumah ibadah maka kami laksanakan FGD ini dengan melibatkan semua unsur,” ujarnya.
Didi Darmadi mengatakan bahwa kegiatan juga dimaksudkan untuk membahas pro kontra usulan program Kepala BNPT RI untuk melakukan pengawasan terhadap rumah ibadah pada saat rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI, di Jakarta beberapa waktu lalu.
“FGD ini juga mendorong semua elemen untuk semakin melakukan Penguatan Peran Tokoh Agama Dalam Mengantisipasi Politisasi Rumah Ibadah Menjelang Pemilu 2024 mendatang,” jelas Didi.
Ketua FKUB Kalbar, Prof. Dr. Ibrahim, M.A. mengatakan bahwa Agama itu punya kedudukan yang sangat riskan dalam Keagamaan, Keagamaan punya dua potensi, potensi Positif dan Potensi Distrutif.
“Keagamaan itu punya dua potensi, potensi Positif dan Potensi Distrutif, Potensi Positif bisa menjadi kekuatan yang mendamaikan kita semua sebaliknya juga punya potensi yang distrutif yang membuat orang yang bisa mati-matian demi agama bahkan rela mati demi agama dan jika ini dipolitisasi atau dipolitisir dalam keagamaan maka akan menjadi ancaman yang membahayakan,” jelas.
Ibrahim memandang perlunya penguatan Peran Tokoh Agama Dalam Moderasi Beragama dan Mengantisipasi Politisasi Rumah Ibadah sehingga tidak ada polarisasi dalam beragama.
Ketua FKUB Kalbar ini mengatakan belajar dari Pemilu 2019 yang lalu terjadinya Polarisasi Agama terjadi sangat luas sehingga terjadi potensi perpecahan ketika Pemilu, FKUB melihat pentingnya antisipasi hal itu maka dilaksanakanlah Fokus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan narasumber dan peserta yang berkompeten.